Sunday 5 January 2014

Hari 1: Pesan Lingkungan? Titipkan pada Seniman (Mengenang Slamet Gundono)



Ketika tadi pagi iseng baca timeline twitter, menemukan kabar bahwa Slamet Gundono telah berpulang. Saya kemudian googling dan menemukan beritanya di 1, 2, 3

Ingatan langsung melayang ke akhir tahun 2007. Saat saya dan tim YPBB menjadi tim Zero Waste Event di acaranya tahunan UPLINK di Tugu Proklamasi (Tuprok) Jakarta. Selama sekitar seminggu kami memfasilitasi proses pengelolaan sampah di kegiatan tersebut dengan jalan meminimalkan sampah dari awal (perwakilan tim sudah merapat bareng panitia beberapa bulan sebelum kegiatan) dan juga mengajak pengunjung dari awal untuk memisahkan sampahnya. Cerita tentang keseruan mengelola event tersebut kapan-kapan saya ceritakan.

Narsis dulu bareng tim inti Bandung, sebagai yang paling cantik :)
(selain kami ber-5 ada puluhan relawan Jakarta juga yang terlibat)
Mohon maaf kalau mukanya  lalusuh, karena ini hari kepulangan kami ke Bandung setelah satu minggu bertugas. 

Tim ZWE - Tuprok 2007: Hari, Ardi, Mocha, Anil, Dody (ki-ka)

Balik lagi ke cerita tentang Slamet Gundono. 

Di acara tersebut, kami dapat kesempatan untuk menyelipkan pesan lewat berbagai jalur tentang pengelolaan sampah dan terutama ajakan kepada pengunjung untuk aktif memisahkan sampah dari awal. Salah satu jalur yang bisa diakses adalah para talent pengisi panggung. Dan salah satu seniman yang tampil di panggung adalah grup wayang suketnya Slamet Gundono. 

Saya awam terhadap seniman-seniman (kecuali yang lalu lalang di TV dan itupun gak semua hafal). Tapi kemudian mendapatkan gambaran sekilas bahwa dia seniman yang cukup diperhitungkan dan menggunakan pertunjukan wayang sebagai media penyampaian kritik-kritik cerdasnya. Gak terlalu paham juga sih, tapi ya cuek aja hehehe. Di sela-sela mas Slamet check sound, saya berkesempatan ngobrol sebentar tentang poin-poin yang ingin disampaikan.  Sebentar tuh, beneran sebentar. Gak lebih dari 10 menit dan kemudian saya diminta untuk menuliskan poin-poin penting pesannya.  

Slamet Gundono (alm) saat check sound di acara tahunan UPLINK - 2007

Sesudah diskusi tersebut, saya balik lagi ke kesibukan utama yaitu mengelola relawan dan perangkat lainnya di dalam sistem Zero Waste Event. Dan sama sekali gak kepikir tentang bagaimana si pesan tentang pengelolaan sampah itu akan disampaikan lewat pagelaran wayang nanti malam. 

Malamnya saya nonton wayangnya dan sambil harap-harap cemas menanti sisipan pesan pengelolaan sampah. Dan taraaaaaaa.....di tengah cerita, tiba-tiba ada cerita yang dimainkan oleh salah satu pemain yang menceritakan bahwa sampah itu memang perlu dikelola dan dipisahkan. Lupa persisnya bagaimana itu disisipan, yang pasti itu gak terlalu ketara sebagai pesan sponsor. Nyampur dengan jalan cerita yang ada. Ih, keren! 

Suasana Pertunjukan Wayang di acara tahunan UPLINK - 2007
Tampak Slamet Gundono (alm) saat menjadi dalang di acara tahunan UPLINK 2007

Jadi selain MC acara yang sepanjang minggu bolak-balik sampaikan pesan sponsor: "Mari pisahkan sampah yang anda dihasilkan pada 20 titik pemisahan sampah yang ada di area Tuprok" dan juga aneka media komunikasi lainnya,  mas Slamet melengkapi proses reminder itu lewat pertunjukannya. Yeay, hebat!


Sumber foto: Dokumentasi YPBB
Tulisan ini dipublikasi di sini


2 comments:

  1. Lha,

    Asalnya beliau bikin wayang suket kan karena gak mau nyampah dan biar wayang bisa lebih memasyarakat. jadi memanfaatkan suket, alias rumput yang dijalin karena biasanya rumput itu dianggap sebelah mata

    ReplyDelete